Padang – Bukittinggi (2)

18 nov

Pagi-pagi kami bangun dengan tubuh yg segar. Setelah sarapan, mandi dan membereskan barang-2 , kami segera menyelesaikan administrasi untuk segera cek out. Kami akan segera melanjutkan perjalan ke bukit tinggi. Sebelumnya kami, menyempatkan untuk melihat teluk bayur dan mengelilingi kota padang di pagi hari, ke jembatan siti nurbaya, dll. Ditengah perjalanan kami melalui sebuah jalan yg entah bernama apa, dimana disepanjang jalan tersebut, kami menemukan beberapa tempat beribadah berupa kelenteng. Dan suatu kebetulan saya, melihat ada satu rumah tempat perkumpulan marga “Lie”.

Lie merupakan nama marga dari etnis tionghoa, dimana  nama alm ayah saya  adalah Lie. Jadi saya merasa bertemu saudara. Tp saya tidak menyempatkan masuk ke rumah tsb, karena selain masih pagi dan belum terlihat orang di dalamnya, saya pun tidak terlalu tahu seluk beluk per-marga-an Lie tsb. Takutnya nanti kalau ditanya-2 malah bengong, saya hanya mengabadikan rumah tsb  melalui kamera digital yg selalu menemani saya jalan jalan.

Surprise…. Saya sampai tidak bisa berkata-2, bgmn di tempat yg mayoritas beragama muslim ini, saya malah menemukan rumah tsb. Terbayang bila alm ayah saya masih ada, beliau pasti akan senang mendengar cerita itu.

Sekitar jam 10.00 kami kembali menuju lubuk buaya, untuk menjemput pak edi,  sesuai rencana kami akan ditemani pak edi sebagi sopir/ pemilik  yg akan mengantar kami selama kami di bukit tinggi.

Tapi ternyata pak edi  mengubah rencana nya. Kami diperbolehkan membawa mobil tanpa dirinya. Alasannya agar kami berdua bisa menikmati perjalanan kami di padang . Wah, dengan senang hati kami mendengarnya. Sebelum kami pamit pun, ibu edi dengan berbaik hati meminta kami untuk makan masakan nya. Menu nya soto padang,,,,, nikmat sekali.

Setelah makan, kami segera melanjutkan perjalanan. Jarak Padang bukit tinggi kami tempuh selama 2 jam. Sepanjang perjalanan kami disuguhi pemandangan yg masih asri, hijau dan udara yg bersih. Kami sangat sangat menikamti perjalanan ini. Di jalan kami sempatkan untuk berhenti di lembah anai. Lembah anai adalah air terjun yang berada di pinggir jalan. Tingginya sekitar 100 mtr. Setelah berfoto kami segera melanjutkan perjalanan. Tak jauh dari lembah anai ada satu jembatan kereta api yg unik, yg dulunya dipakai untuk mengangkut rempah-2.

Melewati padang panjang, kami sempatkan untuk menikmati kelezatan sate mak syukur yg terkenal itu sambil beristirahat sejenak. Jam 14.00 kami memasuki kota bukit tinggi. Hawa sejuk segera terasa. Apalagi di barengi kerinduan pada kampung halaman menjadikan suasana nostalgia sangat terasa.

Rumah keluarga yg kami tuju berada di bukit api. Letaknya cukup strategis, dekat kemana-2. Dibelakang bukit api adalah panorama ngarai sianok.

Tiba di rumah, kami segera bertemu dengan uni john, istri dari uda john Edward, orang yg sudah bertahun-2 tinggal di rumah keluarga untuk menjaga dan merawat peninggalan nenek moyang kami. Orangnya cukup menyenangkan, senang berpantun dan sangat mencintai kota kelahirannya. Pada saat kami datang, uda john sedang tidak ada di rumah, beliau sedang menjemput saudara kami yang lain di bandara, padang. Jadi kami hanya bertemu dengan istrinya saja. Setelah bertemu sebentar, kami pamit dulu untuk jalan-2 sekitar jam gadang, dan mencari hotel, karena menurut perkiraan kami, kamar yg ada di rumah bukit api, pasti tidak cukup untuk menampung tamu dadakan ini. Maka kami mengalah, mencari hotel yg dekat rumah agar kami bisa leluasa bila mempunyai acara sendiri.

Di dekat jam gadang, yg merupakan landmarknya bukit tinggi, kami melihat ada satu hotel yg bagus, dulu namanya novotel  dan sekarang berubah menjadi the hills. Bangunannya megah, paduan gaya kolonial dan rumah tradisional. Dan kami memutuskan untuk menginap disini. Rate yg kami dapat adalah Rp. 570rb/malam plus sarapan pagi. Hotel terbagus di bukit tinggi. Di sebelahnya ada juga hotel denai, tp kami lebih tertarik dengan the hills. Karena lokasinya yg sangat strategis, keluar dari parkiran saja, sudah tampak jam gadang, dibelakangnya ada pasar ateh.  Pasar ateh adalah pusat penjualan berbagai macam oleh-oleh khas bukit tinggi, baik makanan atau pakaian. Sedangkan di pasar bawah banyak di jual pernak-pernik aksesoris, dll. Keduanya dihubungkan dengan beberapa anak tangga. Di belakang pasar ateh, ada lapak penjual nasi kapau. Salah satunya adalah nasi kapau uni lies. Menurut saya itu adalah yang terenak.

Setelah proses check in, kami mendapat kamar di lt. 3. Pemandangan dari jendela kamar sangat lah indah. Menjelang sore kabut mulai turun menambah indah suasana. Tidak sia-2 kami mengeluarkan uang yg cukup mahal untuk mendapatkan semua ini, kamar yang nyaman, pemandangan yang indah, makan pagi yang enak dan berlimpah.

Selesai membersihkan diri kami segera ke bukit api lagi, untuk bertemu dengan saudara-2 yg baru tiba dari Jakarta. Betul perkiraan kami, rombongan yg datang dari Jakarta ternyata cukup banyak, ada sekitar 10 orang. Kamar ada 4, tp satu pasti untuk keluarga uda john. Bisa dibayangkan bila kami harus menginap disana.

Setelah berkangen-2, kami keluar untuk makan malam. Karena pusat keramaian bukit tinggi adalah jam gadang, maka kami pun makan disekitaran itu. Setelah makan, sebagian masih ingin main di lapangan jam gadang, malam-2 banyak sekali orang yg berjualan, dari makanan, mainan sampai pakaian.

Jam 10.00 malam, setelah mengantar saudara-2 ke bukit api, kami pun kembali ke hotel, untuk beristirahat. Besok kami akan keliling bukit tinggi dst seharian.

2 komentar di “Padang – Bukittinggi (2)

Tinggalkan komentar