Padang – Bukittinggi (3)

19 nov

Bangun pagi, badan terasa sangat segar. Makan pagi, dengan berbagai menu, tp kami tidak makan banyak-2 karena ingin mencicipi kuliner bukit tinggi yang lain. Setelah sarapan dan mandi kami segera ke bukit api untuk menjemput dan pergi bersama-2 ke berbagai obyek wisata.

Tujuan pertama kami tentu saja ngarai sianok. Didalam ngarai sianok, ada juga lobang jepang. Konon lobang ini digunakan untuk persembunyian tentara jepang dulu. Karena keterbatasan tenaga, saya tidak ikut masuk menuruni anak tangga di lobang jepang. Saya lebih memilih mendatangi kios-2 cendera mata. Hitung-2 pemanasan sebelum belanja di pasar ateh. Sebelumnya memang saya meniatkan akan membeli kain songket untuk diri sendiri. Kain songket yang terkenal adalah silungkang. Harganya cukup mahal bisa jutaan rupiah perhelainya. Tapi memang kainnya cantik sekali, warnanya pun bermacam-2, serasa ingin memiliki semuanya. Dari kios-2 disini saya banyak mendapat masukan jika ingin membeli kain songket. Songket ternyata mempunyai beberapa kualitas. Yg terbagus adalah yg memakai benang 1, artinya pada saat pembuatan kain tsb hanya memakai 1 lembar benang yg dijalin sedemikian rupa membentuk pola yg sudah dibuat. Pembuatannya harus teliti karena dengan 1 benang bila putus di tengah jalan, pasti akan rumit memperbaikinya. Makanya harganya pun mahal bisa mencapai jutaan rupiah. Dan setelah jadi pun, pemakaiannya pun tidak bisa disamakan dengan kain yang lain. Kain songket tsb, tidak bisa dijahit sebagaimana kain yang lain. Jadi dipakainya hanya dengan melilitkan di nbadan kita. Pada saat dipakai pun, diusahakan jgn sampai tertekuk, karena benang emasnya bisa rusak. Setelah dipakai, jgn dicuci cukup diangin-2kan dan kemudian digulung, bukan dilipat. Itu untuk menghindari kerusakan pada benangnya. Pokoknya cukup rumit deh,,,,

 

 

 

Tanpa terasa waktu sudah menunjukan tengah hari, dan karena hari itu adalah hari jumat, maka para pria pun segera mencari mesjid terdekat untuk melaksanakan sholat jumat, dan kami para wanita tetap bertahan di kios cenderamata, rasanya belum puas kalau seluruhnya belum dijelajahi.

 

Selesai sholat jumat, kami segera beranjak dari ngarai sianok, ke tempat berikutnya, yaitu sate mak syukur (again) karena ada beberapa diantara kami yg masih ingin makan sate tsb. Halah,,,,!!

 

Selesai makan sate mak syukur hari sudah mulai sore, sekitar jam 15.00, blm lagi ada permintaan singgah di daerah koto gadang, melihat rumah adat minang dan melihat industry kerajinan perak.

Seperti yang sudah diduga, sore sudah menjelang saat kami menuju ke danau maninjau dan hasilnya adalah, kita hanya sampai di permulaan kelok 44 saja, karena sudah terhadang kabut yg cukup tebal. So, batal lah saya untuk bisa menikmati keindahan danau tsb.

Apa mau dikata, namanya juga rombongan, harus pandai-2 bertoleransi, mungkin lain kali bila saya ke bukit tinggi lagi, akan disempatkan untuk melihat danau ini.

 

Akhirnya kita kembali pulang. Ditengah perjalanan, sang tetua meminta kita untuk menengok sebentar kerabat yang tinggal di sekitar bukittinggi. Namanya bertamu, kadang tidak bisa sebentar, krn harus berbasa basi, maklum jarang ketemu.

 

Hari sudah malam, saat semua urusan bersama rombongan selesai. Saya dan suami langsung bersepakat, untuk acara besok, lebih baik masing-2 saja, karena keperluan kami sendiri masih banyak. Apalagi besok hari sabtu, dimana hari itu kami juga harus menghadiri pestanya annisa (inilah tujuan utama kami). Sementara acara belanja belanji belum di laksanakan.

 

Tapi karena bukit tinggi adalah kota kecil, biarpun sudah pisah, eh tetep aja ketemu mereka-2 lagi di sekitaran jam gadang….he..he…

Makan malam kali ini adalah mie goreng kepiting aceh dan teh tarik di depan hotel. Enak, kepitingnya besar lagi.

Saat istirahat malam di hotel, kami menyusun rencana untuk besok. Karena waktu tinggal sedikit maka harus di maksimalkan.

 

Tinggalkan komentar